burung twitter

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO0CbMX1ckEyrD5-nNVVikMJUj8PqTvla07VrKn6vgqXApnSbP2Nynmp6k21AWW5pDNiov1VpuxqNUobEehJg96HnVkfaJdkHdDB5oJsEU_JCj4yyxqTZZs9EXL782rT9fSg8-08LfB6o/s1600/Blue+bird.png

Rabu, 07 Oktober 2015

Mataharipun Ingin Menangis



Hasil gambar untuk gambar sedih
Add caption

Aurel merupakan anak orang yang terpandang dan sangat mampu dalam hal ekonomi. Ayahnya sebagai manager di sebuah perusahaan terbesar yang ada di Jakarta. Sedangkan ibunya sebagai pengusaha. Maka dari itu, tidak heran jika seluruh keinginannya akan dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya sangat jarang berada di rumah, mereka sangat sibuk mengurus pekerjaanya di Jakarta. Alhasil perkembangan Aurel pun tidak pernah dipantau oleh keduanya, padahal saat ini Aurel berada di masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja. jika perkembangan tersebut tidak pernah dilihat oleh kedua orang tuanya, maka Aurel bisa terjerumus pada kenakalan remaja.
“Ma, uang bulananku sudah habis dan keperluan sekolahku masih bayak yang belum aku bayar Ma !!” (Ucap Aurel sambil berbohong kepada mamanya).
“Baik nak, akan ibu kirim sebentar lagi”(jawab Mama Aurel).
“Iya ma, jangan lama-lama loh ya !!!”(Jawab Aurel dengan nada sedikit tinggi).
Kenakalan remaja tersebut benar-benar telah ada pada diri Aurel. Saat Aurel masih duduk di kelas 3 SMP, ia telah mempunyai kelompok atau yang biasa disebut geng. Hampir setiap minggu mereka shopping dan nonton film di bioskop. Lebih dari satu juta yang Aurel habiskan dalam satu kali berbelanja. Tak jarang, ia pulang hingga larut malam. Aurel merasa sudah terbiasa dengan pulang di larut malam karena ia tidak pernah diawasi oleh kedua orang tuanya. Jadi, Aurel bisa bebas pulang pukul berapa pun itu.
“Malam ini aku puas banget bisa berbelanja baju dengan trend terbaru dan menghabiskan malam mingguku dengan menonton film di bioskop.” (Ujar Aurel). Tak lama kemudian, Aurel tertidur.
            Keesokan harinya, Aurel juga mengajak gengnya untuk bertamasya ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar kotanya. Selama satu bulan, Aurel bisa menghabiskan lebih dari sepuluh juta. Orang tuanya tidak pernah menghiraukan jumlah pengeluaran yang telah Aurel habiskan karena mereka terlalu sibuk dan tidak sempat untuk mengecheck hal itu.
            Bulan Ramadhan akan segera datang. Seluruh umat muslim di dunia sangat menunggu kedatangannya yang hanya satu bulan dalam satu tahun, bagaikan menunggu datangnya malam setelah sehari penuh digunakan untuk bekerja. Namun, hal itu tidak seperti apa yang Aurel rasakan. Suasana bulan Ramadhan sama saja dengan masa-masa sebelum datangnya Bulan Ramadhan tersebut. selama Bulan Ramadhan, seluruh waktunya dihabiskan hanya untuk shopping ke berbagai mall. Aurel berpuasa pun hanya pada pada saat orang tuanya berada di rumah. Setelah orang tuanya kembali kepada kesibukannya mengurus pekerjaan, maka Aurel enggan untuk berpuasa dan kembali kepada sifat-sifatnya yang boros serta tidak melaksanakan ibadah puasa dan trawih layaknya umat muslim pada umumnya.
Aurel tengah berpacaran dengan seorang anak pengusaha juga, ia bernama Gabriel. Ia menjalin hubungan tersebut sudah hampir satu tahun. Suatu saat Aurel diajak Gabriel untuk shopping bersamanya.
“Sayang, kita jalan-jalan yuk.” (Ucap Gabriel)
“Boleh juga sayang. Kita juga udah lama tidak jalan bareng.” (Jawab Aurel)
“Iya sayang, bener banget itu. Mau berangkat jam berapa sayang?’
“Kalau itu sih terserah kamu aja sayang.”
“Gimana kalau kita berangkat pukul lima sore?”
“Tidak masalah sayang, aku bisa kok.”
“Oke sayang, nanti aku jemput ke rumah kamu ya?”
“Iya sayang.”
Pukul setengah lima sore, Gabriel menjemput Aurel yang telah menunggunya di depan di beranda rumahnya. Tepat pukul lima sore mereka telah sampai di mall yang mereka tuju. Lalu mereka pun asik berbelanja hingga pukul sepuluh malam. Mereka  tidak melaksanakan ibadah  puasa dan sholat trawih.
Setelah mereka telah puas berbelanja, Gabriel mengantar Aurel ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tidak lama kemudian Aurel langsung terlelap dalam dunia mimpi.
Beberapa hari kemudian, Aurel bermain ke rumah Gabriel. Lalu ia meminjam hape Gabriel. Aurel melihat seluruh pesan yang ada di hape Gabriel. Ternyata Gabriel selingkuh dengan perempuan lain.
“Ini siapa? Kok manggil sayang ke kamu?”(Tanya Aurel keheranan)
“Eeee. Itu bukan siapa-siapa kok sayang, Cuma temen saja.”(Jawab Gabriel member penjelasan bohong kepada Aurel)
“Sudah tidak perlu bilang sayang lagi, kalau memang Cuma teman, kenapa sampai sedeket ini?”
“Aku sama dia tidak deket kok sayang, Cuma teman biasa saja. Beneran !!”
“Sudahlah Gabriel, tidak usah bohong. Mulai sekarang kita putus !!!”
Tidak lama kemudian, Aurel pulang dari rumah Gabriel. Sesampainya di rumah ia menangis tersedu-sedu. Aurel bertanya-tanya mengapa Gabriel dengan mudahnya selingkuh dengan perempuan lain, padahal ia telah menjalani hubungan dengan Aurel selama hampir satu tahun. Dan kini, Aurel hanya meratapi dan menyesal telah mengenali Gabriel.
Untuk mengobati rasa sakit hati yang dirasakannya, ia mengajak teman-temannya berbelanja. Setelah rasa sakitnya sedikit terobati dengan berbelanja, Aurel pun pulang. Saat hendak sampai di rumahnya, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang pernah ia jumpai akan tetapi ia lupa pernah melihatnya dimana. Laki-laki tersebut meminta pin BBM dari Aurel. Tanpa berpikir lama lagi, Aurel langsung member pin nya kepada laki-laki itu. Aurel berharap mungkin saja laki-laki tersebut bisa mengobati sakit hainya akibat Gabriel dan mengisi hari-hari Aurel.
Sesampainya di rumah, Aurel berpikir mengapa dengan mudahnya ia memerikan pin BBm kepada laki-laki yang belum ia kenal sepenuhnya. Laki-laki yang tidak begitu tampan dengan kulit sawo matanya serta tingginya pun tidak terlalu semampai. Sejenak berhenti dari lamunannya, hape Aurel berbunyi. Ternyata ada undangan baru yang masuk ke BBM-nya. Ternyata undangan tersebut berasal dari laki-laki yang meminta pin Aurel tadi.
Tidak lama kemudian, laki-laki tersebut mengirim pesan kepada Aurel. Ternyata nama laki-laki itu adalah Amir. Sejenak Aurel pun bercakap-cakap dengan Amir melalui BBM.
***
            Tidak terasa Aurel telah memasuki masa putih abu-abu. Ia diterima di SMA favorit yang ada di kotanya. Tidak heran jika ia bisa diterima di SMA tersebut, karena dengan uang semuanya akan lancar. Selama dua hari Aurel telah mengikuti Masa Orientasi Siswa atau yang biasa disebut dengan MOS. Sejak menjalani MOS, Aurel merasa tidak nyaman dengan teman-temannya karena mereka terlalu cuek dan pergaulannya juga individu. Setelah Masa Orientasi selesai, saat yang ditunggu-tunggu adalah penentuan kelas masing-masing. Aurrel berharap ia tdak mendapat kelas yang sama dengan kelas semasa MOS. Setelah ia baca hasil pengumumannya, ternyata Aurel mendapat kelas yang sama seperti saat MOS. Aurel sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Dengan saat terpaksa, Aurel memasuki kelasnya tersebut. ia berpura-pura tersenyum dan menerima keadaan ini jika dilihat teman-temannya. Kegiatan belajar mengajar pada hari itu belum efektif. Aurel pun pulang lebih awal dari biasanya.
Sesampainya di rumah, Aurel mencurhatkan segala sesuatu yang terjadi pada hari itu kepada Amir.
“Hari ini aku kesel banget !!” (Ucap Aurel sedikit marah bercampur kesal).
“Memangnya ada apa dengan sekolahmu hari ini? Ceritakan saja, mungkin aku bisa membantu.” (Jawab Amir)
“Aku dapat kelas seperti kelasku saat MOS. Anak-anaknya cuek banget. Sumpah aku kesel sama hari ini !!”
“Sudah Aurel, kamu harus terima apapun itu karena sudah takdir. Sekarang yang terpenting kamu harus semangat dan raih cita-cita mu.” (Ujar Amir sambil memberikan semangat kepada Aurel).
“Hhmm… Iya iya deh. Terima kasih ya.” (Jawab Aurel).

Setelah mendapat semangat dari Amir, Aurel kembali bersemangat untuk bersekolah. Semakin lama, hubungan Aurel dengan Amir semakin dekat. Suatu saat, Aurel mengupload fotonya tanpa menggunakan hijab. Saat itu juga, Amir mengirim pesan kepada Aurel.
“Itu foto kamu ya?”  (Tanya Amir).
“Iya, kenapa Mir?”
“Tidak apa-apa sih. Kamu cantik tetapi lebih cantik lagi jika kamu memakai hijab.” (Jawab Amir).
“Tapi aku belum siap untuk memakai hijab Mir” ucap Aurel dengan nada rendah.
“Berhijab itu tidak perlu kesiapan karena berhibaj adalah perintah dari Allah SWT. Sama halnya dengan usia kita, kematian itu akan datang tanpa memandang orang tersebut telah sia[ atau belum.”  (Amir mencoba memberi penjelasan kepada Aurel)
“Hhmm…. Iya benar juga sih. Yasudah, mulai sekarang aku akan berhijab.”
Sip !! Gitu dong, aku senang kalau kamu mau mendengar nasihatku. Aku harap kamu bisa memakai hijab saat kamu keluar rumah.”
“Iya aku aku usahakan Amir. Terima kasih ya.”
“Iya sama-sama Aurel. Sekarang kamu mau kan?”
“Mau apa Amir?”
“Mau mengubah foto profil kamu, karena rambut itu aurat yang tidak boleh kamu tunjukkan kepada siapa pun selain muhrim kamu ukhtiy.” Jawab Amir.
“Uhtiy? Apa itu Ukhtiy?” (Tanya Aurel sedikit kebingungan).
“Ukhtiy itu saudara perempuan. Boleh kan kalau aku manggil kamu dengan sebutan ukhtiy?” Tanya Amir dengan berharap Aurel memperbolehkanny.
“Boleh kok. Tapi kalau saudara laki-laki apa?”
“Kalau saudara laki-laki itu akhiy.”

“Oh. Iya Amir sekarang aku mengerti.” (Jawab Aurel sambil menganggukkankepala). Setelah itu, Aurel langsung mengubah foto profilnya.
            Mulai saat itu, Aurel memakai hijab saat ke sekolah. Suatu hari Aurel sedang berbelanja bersama teman-temannya di suatu mall. Pada saat yang bersamaan, Amir juga berada di mall tersebut. Amir melihat Aurel tidak memakai hijab saat bersama teman-temannya. Amir sengaja untuk tidak menyapa Aurel agar ia tidak tahu bahwa Amir melihatnya di mall. Sesampainya di rumah, Amir mengirim pesan kepada Aurel.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb.” (Ucap Amir diawal percakapannya).
 “Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Ada apa Amir” jawab Aurel.
“Tidak apa-apa. Aku tadi melihatmu di mall.”
“Benarkah? Mengapa kau tidak menyapaku tadi?”
“Aku memang sengaja tidak menyapamu agar kamu tidak tahu kalau aku juga ada di mall itu.”
“Yahh. Seandainya kamu menyapaku, aku akan mengajakmu untuk berbelanja dan akan aku traktir.”
“Tidak perlu Aurel. Lagi pula tidak baik jalan-jalan dengan perempuan yang bukan muhrimku. Ohya, aku tadi melihatmu tidak memakai hijab saat di mall. Kalau boleh tau, kenapa kamu tidak memakai hijab?’(Tanya Amir dengan sedikit penasaran).
“Aku sudah memakai hijab, tapi hanya ke sekolah saja. Hehe.” (Ucap Aurel).
“Kenapa cuma saat sekolah saja?”
“Berhijab itu panas Amir.” (Jawab Aurel dengan memberalasan kepada Amir).
“Iya aku tahu kalau berhijab itu gerah tapi itu hanya di awal saja. Jika kamu telah terbiasa memakai hijab, maka kamu tidak akan merasa gerah lagi.”
“Tapi aku tidak bisa kalau setiap saat keluar rumah harus menggunakan hijab.” (Menyeka pembicaraan Amir).
“Semua itu butuh proses, tidak bisa langsung sempurna. Sedikit demi sedikit. Aku mau Tanya, lebih panas mana api neraka dengan panasnya di dunia?” (Tanya Amir agar Aurel semakin mantap untuk memakai hijab).
“Ya lebih panas api neraka lah.”
“Nah itu kamu tahu. Maka dari itu tutuplahaurat kamu ukhtiy.”
“Iya akhiy, terima kasih.”
Sejak saat itulah Aurel selalu memakai hijab saat keluar rumah. Ketika kedua orang tuanya berada di rumah, mereka heran karena Aurel telah banyak berubah. Sekarang Aurel sudah jarang berhura-hura dan ia selalu memakai hijab saat keluar rumah.
Setelah Aurel telah terbiasa menggunakan hijab, Amir menyuruhnya untuk masuk ke salah satu padepokan, tetapi padepokan tersebut tetap memberi kebebasan untuk bersekolah.pada awalnya, Aurel tidak mau untuk masuk ke padepokan tersebut. tetapi setelah dipikir-pikir, di padepokan tersebut ia akan menerima banyak pengetahuan dan bisa menjadikannya wanita muslimah yang seutuhnya. Lalu Aurel pun masuk ke padepokan tersebut. semua khayalannya sebelum masuk ke padepokan tersebut benar-benar terjadi. Setelah 1 tahun ia belajar di padepokan itu, Aurel telah menjadi wanita muslimah dan berhasil menghafalkan sepuluh Juz.
Bulan Juni akan segera datang. Pada bulan Juni tersebut, Amir telah menyiapkan hal special untuk Aurel karena pada tanggal 16 Juni Aurel berulang tahun. Saat tanggal 16 Juni itu telah tiba, Amir bermain ke rumah Aurel. Lalu Amir memberi kado kepada Aurel di hari ulang tahunnya. Setelah dibuka, ternyata kado tersebut berisi sebuah kerudung indah berwarna biru. Warna biru merupakan warna kesukaan Aurel dan ternyata Amir juga menyukai warna biru, sama seperti Aurel. Aurel sangat senang mendapat kado kerudung tersebut. selain kerudung yang diberikan Amir sangat indah, kerudung tersebut juga membuat Aurel menjadi lebih muslimah.


***
Setelah hampir dua tahun Aurel bersekolah, ia telah mengenal sifat dari masing-masing temannya. Kebetulan saat Aurel kelas 2 SMA, ia mendapat kelas yang sama layaknya kelas 1 SMA. Saat itu ilmu yang Aurel peroleh dari padepokan juga sudah lumayan banyak. Ia ingin membagi illmunya kepada teman-temannya. Ia juga ingin mengajak dan menyelamatkan teman-temannya yang belum memakai hijab. Sama seperti saat ia diselamatkan oleh Amir. Akan tetapi, saat Aurel mencoba untuk membagi ilmunya kepada teman-temannya, mereka tidak merespon dan menggubris ajakan Aurel. Mereka tetap membuka auratnya di depan umum.
Setelah semua usahanya tidak pernah direspon oleh teman-temannya, Aurel merasa sangat kecewa dan sakit hati. hampir saja putus asa. Lalu ia mencurahkan seluruh benak pikirannya kepada Amir.
“Aku sudah mencoba untuk mengajak teman-temanku berhijab, tetapi mereka tidak pernah menghiraukan ajakanku.” (Ucap Aurel dengan kekecewaan yang ada di hatinya).
“Walaupun kamu tidak dihiraukan oleh teman-temanmu, tetaplah berdakwah dan sampikan ilmu yang telah kamu dapat kepada teman-temanmu agar mereka selamat dan ilmu yang kamu dapatkan juga bermanfaat.” (Jawab Amir sambil member semangat kepada Aurel).
Lalu Aurel berkata dengan mata yang berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata “Aku juga memiliki batas kesabaran Mir. Aku sudah berusaha untuk menyampaikannya kepada teman-teman tetapi mereka tidak pernah meresponnya dan tidak menghargai usahaku. Aku menyerah saja Mir karena ini sudah keterlaluan Mir.”  
“Kamu jangan langsung putus asa Aurel. Teruslah menyebarkan ilmu yang kamu punya selama itu masih di jalan Allah walaupun teman-temanmu selalu menyalahkanmu. Suatu saat nanti mereka akan sadar dan meraka akan membutuhkanmu. Percayalah ukhtiy.” (Amir mencoba untuk menyemangati Aurel agar ia tidak putus asa).
“Tapi aku capek Mir kalau selalu digitukan. Aku merasa semua usahaku selama ni sia-sia.” (Jawab Aurel lemas).
“Huusshh.. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Tetaplah bersabar karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar dan Allah selalu membantu hamba-Nya jika mereka tetap berusaha dan berdo’a.”
“Astaghfirullah.. Iya Amir, sekarang aku sadar bahwa semuanya itu butuh proses dan tidak bisa langsung diterima. Terima kasih Amir, kamu telah membuatku semangat lagi untuk berbagi ilmu kepada orang-orang di sekitarku.”
“Yasudah sekarang kamu senyum dan hadapi semuanya dengan bismillah.”
“Baik Mir.” (jawab Aurel). Kini semangatnya sudah mulai tumbuh kembali.
            Aurel mencoba untuk tetap menyampaikan ilmu yang ia punya kepada teman-temannya. Setelah kurang lebih satu bulan, satu per satu teman-temannya mulai menerima Aurel dan mau untuk diajak berhijab. Tidak lama kemudian, seluruh teman sekelasnya berhijab dan todak lagi mengumbar-ngumbar auratnya kepada orang yang bukan muhrimnya. Aurel merasa sangat bahagia karena seluruh usahanya berbuah manis dan perkataan Amir telah menjadi nyata bahwa Allah selalu bersama Hamba-Nya yang bersabar dan selalu berusaha.Bahkan hasil yang Aurel peroleh lebih dari yang Aurel bayangkan. Sekarang seluruh teman-teman Aurel telah diselamatkan dan ia juga mempunyai kelompok hijab. Kelompok tersebut tidak hanya membahas tentang hijab tetapi juga sering mengkaji ilmu tentang kewanitaan. Tidak lupa Aurel menceritakan hal yang membahagiakan tersebut kepada Amir. Amir juga sangat senang dan bersyukur karena seluruh usaha Aurel akhirnya dapat ia rasakan.
by:  fariha apriliya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wibiya Widget